Jumat, 28 November 2014

Karakter yang Membawa Kesuksesan dan Keberhasilan


Dunia pernah mengalami suatu masa di mana pemimpin baru adalah putra mahkota yang muncul karena sang raja telah wafat. Ini terjadi berabad-abad hingga muncul istilah pemimpin itu dilahirkan. Istilah dan fenomena tersebut menjalar ke berbagai bidang, entah itu bisnis bahkan hingga pengelolaan lembaga-lembaga. Namun kini dunia telah berubah. Semua orang bisa menjadi pemimpin. Hal yang membedakan seorang pengikut dan pemimpin justru berasal dari ciri ciri atau hal mendasar yang dimiliki seseorang. Pemimpin mempunyai kualitas yang lebih baik dari para pengikutnya. Ia juga memiliki ciri-ciri yang tidak dimiliki oleh para pengikutnya.

Carat dalam Marat (1982) menemukan ciri ciri perilaku pemimpin yang berhasil, yang ia peroleh dari penelitian yang dilakukan pada Angkatan Darat Amerika Serikat, yaitu:

1. Performing professional and techincal speciality;
2. Knowing subordinates and showing consideration for them;
3. Keepig channels of communication open;
4. Accepting personal responbility and setting an example;
5. Imitating and directing action;
6. Trainin men as a team;
7. Making decisions.

Indonesia juga memiliki tolok ukur mengenai ciri yang diharapkan dimiliki oleh seorang pemimpin yang dianut oleh TNI Angkatan Darat. Ciri pribadi ini lebih cenderung sebagai pedoman yang sifatnya normatif. ciri ciri tersebut adalah:

1. Takwa
2. Ing Ngarsa Sung Tuladha, seseorang pemimpin harus memberikan teladan kepada bawahannya secara totalitas.
3. Ing Madya Mangun Karsa, seseorang ditengah tengah anak buahnya harus menyemangati dan membangkitkan motivasi bekerja dengan terjun langsung di tengah anak buah, untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan ditargetkan bersama.
4. Tut Wuri Handayani, pemimpin di belakang anak buah harus senantiasa mendorong dan mengarahkan anak buah.
5. Waspada Purba Wisesa, seorang pemimpin harus senantiasa berhati hati dalam segala kondisi, meneliti, dan membuat perencanaan dan perkiraan keadaan secara terus menerus.
6. Ambeg Para Maarta, pemimpin harus pandai menentukan mana yang harus didahulukan berdasarkan analisis waktu, ruang dan keadanaan

7. Prasaja, bersifat bersikap sederhana dan rendah hati dan benar.
8. Satya. Pemimpin juga harus memiliki loyalitas secara timbal balik dan bersikap hemat dan tidak ceroboh
9. b. Gemi nastiti berarti hemat dan cermat, serta sadar dan mampu membatasi penggunaan dan pengeluaran hanya untuk yang benar benar diperlukan.
10. Belaka. Belaka adalah bersifat dan bersikap terbuka. Pemimpin harus senantiasa bersikap terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun, selalu MAWAS DIRI dan Selalu Siap UNTUK BERTANGGUNG JAWAB.
11. Legawa. Legawa adalah sikap yang harus senantiasa dimiliki oleh seorang pemimpin. Ia harus rela dan ikhlas pada waktunya untuk mengundurkan diri dari kekuasaannya dan diganti oleh generasi berikutnya. Serta legawa menghadapi segala sesuatu. Sehingga pemikiran senantiasa jernih dan bebas dari amarah.

Untuk menjadi pemimpin di Top Level seseorang harus memiliki 4 (empat macam) keterampilan sebagaimana yang dipaparkan oleh Bennis dan Nanus pada tahun 1985 sebagai berikut:
  1. Attention through vision. Pemimpin harus memiliki visi jauh ke depan. visi harus jelas dan terukur.
  2. Meaning Through Communication. Harus memiliki kepandaian berkomunikasi dengan bawahan agar setiap arahan akan berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan arahan harus serinci mungkin dan sejelas mungkin agar visi yang diharapkan dan ditetapkan dapat tercapai.
  3. Trust through postioning. Harus mendapatkan kepercayaan dengan memberikan teladan dan kekonsistensian serta selalu berada pada jalur yang telah disepakati bersama.
  4. The Deployment of Self thourgh postivie self regard and through the Wallenda factor. Pemimpin harus melakukan perluasan kreatif dari diri, dengan cara menghargai diri secara positif. Perluasan diri melalui faktor Wallenda adalah melakukan berbagai macam hal yang bertujuan untuk memusatkan pada apa yang telah kita rencanakan dan tidak memikirkan tentang kemungkinan kegagalan. Walenda merupakan seorang akrobat yang beraksi jalan di utas tali. Ia tidak memikirkan kegagalan dalam melewati seutas tali. Namun suatu ketika pada tahun 1978 ia terjatuh dan tewas. Istrinya menceritakan bahwa ia sebelumnya berpikir tentang kegagalan untuk pertama kalinya.

Selain ciri ciri di atas, kini seorang pemimpin di tengah maraknya perilaku yang menciderai norma bahkan hukum seorang pemimpin dituntut untuk selalu memiliki sikap sebagai berikut:
  1. Integritas
  2. Jujur
  3. Rasa Sosial yang Tinggi
Nah sekarang adalah saatnya kita menerapkan semua prinsip dan ciri ciri seperti yang ada di penjelasan di atas. Perlu diingat perkataan William James:
"Penemuan terbesar di generasiku adalah bahwa manusia bisa mengubah hidupnya dengan cara mengubah sikapnya"
Bukankah ini juga jauh sebelumnya telah ditegaskan dalam Al Qur'an?
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Qs.  13 : 11

Semangat!

Liberta Bintoro Ranggi Wirasakti, Magelang. Jum'at Semangat.

Referensi:
Ashar Sunyoto, Psikologi Industri.
Greg Hicks, Leadershock.