Oleh Ranggi Wirasakti, S.H.
Perang Latakia merupakan pertempuran laut antara armada laut Syria melawan armada laut Israel. Pertempuran ini merupakan pertempuran laut dengan skala kecil namun revolusioner dan menjadi babakan baru dalam pertempuran laut, yaitu pertempuran elektronik.
Perang Latakia terjadi pada tanggal 7 Oktober 1973. Israel dikomandani oleh Michael Barkai sedangkan Syria dikomandani oleh Fadal Hussein. Dari jumlah kapal, kekuatan kedua belah pihak adalah seimbang yaitu 5 kapal melawan 5 kapal. Namun Armada Israel menang telak dengan menenggelamkan semua kapal Syria tanpa satupun kapal Israel yang menjadi korban.
Perang ini merupakan pertempuran laut pertama kalinya antararmada menggunakan misil atau rudal. Israel terdiri dari 4 Kapal Kelas Sa'ar 3 dan 1 Kapal Kelas Sa'ar 4. Babakan perang tersebut adalah sebagai berikut:
- pukul 22:28 : armada israel bertempur dengan kapal torpedo Syria K-123 yang ditenggelamkan dengan meriam kaliber 76mm, tidak lama kemudian armada Israel kembali bertempur melawan Kapal Penyapu Ranjau Kelas T43 yang memiliki berat 560 ton, dan menenggelamkannya menggunakan misil anti-kapal Gabriel. Misil Kapal Gabriel versi saat itu memiliki jangkauan sekitar 12 mil.
- pukul 23:30: Israel melakukan kontak dengan dua Kapal Komar milik Suriah dan satu kapal rudal kelas Osa. Kapal rudal Suriah melakukan tembakan rudal dari jarak jauh, namun ketika rudal mendekat ke kapal Israel, Israel berhasil melakukan gangguan elektronik terhadap sistem elektronik rudal untuk menghindari hantaman, dan sukses. Ketika kapal rudal Israel jangkauan rudalnya mulai dapat mencapai Kapal Suriah. Mereka langsung menembakkan lima rudal Gabriel dan berhasil menenggelamkan 1 Kapal Kelas Komar dan satu Kapal Kelas Osa. Ada satu kapal yang berhasil bertahan namun sayangnya tidak seberapa lama karena terjebak di perairan dangkal dan dihancurkan oleh merian kaliber 76mm pada pukul 00:26
Manufer dan babakan perang latakia dalam gambar menurut Zahal (dot) org |
Peperangan Latakia bisa dijadikan cambuk sekaligus inspirasi bagi kekuatan angkatan laut Indonesia. Hal ini dikarenakan pada tahun 1973 yang tak kurang dari 41 tahun yang lalu. Israel sudah dapat melakukan peperangan elektronik. Jangkauan rudal rudal Suriah lebih jauh daripada rudal milik Israel. Namun mereka berhasil melakukan serangan yang mengakibatkan kekalahan fatal bagi armada suriah pada pertempuran tersebut. Indonesia harus terus mengembangkan kemampuan peperangan elektronik. Hal ini bersifat mutlak karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh negara negara yang memiliki kepentingan di laut sangat besar, bahkan di Laut Tiongkok Selatan sengketa terus mengalami tarik ulur dan bisa menjadi ancaman serius bagi keamanan laut Indonesia.
Sebagai penutup, saya akan menyimpulkan bahwa mimpi menjadi Poros Maritim Dunia terwujud apabila kekuatan armada laut Indonesia tangguh di bidang peperangan elektronik.
Liberta Bintoro Ranggi Wirasakti, Magelang.
1 komentar:
Indonesia perlu belajar dari perang laut
Posting Komentar